Jatuh Cinta. #2

   Aku menyadari bahwa selama ini ternyata saya mempunyai perasaan yang berbeda dengannya. Aku mempunyai perasaan kepada seseorang yang mungkin mempunyai perasaan yang sama, atau mungkin tidak mempunyai perasaan itu (sedikit pun).
   Perempuan berambut panjang  dan berkulit putih. Berbibir kemerahan, berwarna seperti memakai lisptik. Bermata tajam, dan berkilau layaknya bintang yang sangat terang. Beralis tipis dan memanjang dengan indah. Senyuman yang manis, membuatku tak berani melihatnya terlalu lama (takut diabetes). Memang begitu adanya.
   Di matanya, hatiku terjatuh. Matanya penuh taburan sinar yang terang, menerangi hatiku. Hatiku yang dahulu gelap, sekarang menjadi terang dan tidak hampa lagi. Matanya yang selalu berkilau. Membuat jantungku berdebar.
   Di dalam matanya, aku melihat ketenangan.
   Di dalam matanya, aku melihat kebahagiaan.
   Di dalam matanya, aku jatuh cinta.
Matanya yang selalu bersinar saat siang hari, dan lebih terang saat malam.
Aku jatuh cinta, bermula dari sepasang matanya.


Kehilangan #2



Kamu pergi, meninggalkan banyak kenangan indah yang kita jalani berdua bersama.
Suka dan duka kita hadapi bersama.
Mungkin aku bukan yang sempurna buat kamu. Iya, aku sadar.
Tapi aku bisa belajar,
   Belajar menerima semua kekurangan kamu.
    Belajar menerima perih dan sakit ketika bersamamu.
     Belajar menerima kamu apa adanya.
      Belajar menjadi yang terbaik buat kamu.
Aku juga belajar mencintaimu dengan tulus dan sepenuh hati.
Aku bertahan, kenapa?
   Karena aku sayang sama kamu.
Aku memilih kamu, kenapa?
   Karena aku sayang sama kamu.
Kenapa aku lebih memilih kamu, padahal diluar sana masih banyak perempuan yang jauh lebih baik dari kamu?
   Karena aku sayang sama kamu.

Tapi kau rela pergi meninggalkanku.
Tanpa sebuah alasan, dan tiba-tiba begitu saja.
Tiba-tiba kamu berubah begitu saja.
Mungkin inilah cinta.
Kita mencintai seseorang tanpa sebuah alasan, dan seseorang itu pun juga pergi meninggalkan kita tanpa sebuah alasan.
Tapi apakah dia tak mengerti rasanya kehilangan seseorang yg sangat menyayangi dia?
Apakah dia tak pernah merasakannya?
Mungkin suatu saat nanti dia akan merasakaan, arti sebuah kehilangan seseorang yg dia cintai.

Kehilangan.

   Kau tahu apa yang lebih menyakitkan daripada sebuah kehilangan?
Menyangka bahwa hal itu tidak akan pernah terjadi, tetapi pada akhirnya tiba-tiba saja itu terjadi padamu. Tanpa pertanda. Tanpa peringatan. Tanpa sebuah petunjuk bahwa kau sesaat lagi akan ditinggalkan.
   Oleh orang yang kau cintai.
      Oleh orang yang kau (kira) juga mencintaimu.
         Yang selama bertahun-tahun menumbuhkan perasaan cinta kepadamu, bahkan mengajarimu bagaimana cara mencintai seseorang dengan baik dan menjaga cinta itu.
   Ditinggalkan oleh orang yang mengajarimu agar terus bertahan dengan cinta yang kau miliki, dan takkan pernah meninggalkannya walau bagaimanapun keadaannya.

Kutipan #Cinta by @benzbara_

Aku mencintaimu. (Baca: Aku mencintaimu titik)

Aku mencintaimu, berarti aku memaklumi kekuranganmu.

Aku mencintaimu, berarti aku menghargai kelebihanmu.

Aku mencintaimu, berarti aku mengerti keadaanmu.

Aku mencintaimu, berarti aku menerima kamu apa adanya.

Aku mencintaimu, berarti aku membuatmu bahagia ketika bersamaku.

Aku mencintaimu, berarti aku tidak ingin melihatmu sedih.

Aku mencintaimu, berarti sedih dan sukamu adalah sedih dan sukaku juga.

Aku mencintaimu begitu saja, aku sendiri tak tau alasannya.

Mungkin hanya hati dan Tuhan yang tau alasannya kenapa aku bisa mencintaimu.

Aku hanya bisa mencintaimu dengan tulus, itu saja.

"Cinta itu tentang sebuah kejujuran, kebersamaan, ketulusan, dan kesetiaan."

Jika salah satu tidak ada, itu hanya sebuah perasaan, bukan cinta.

Jatuh Cinta.


Aku jatuh cinta.

Jatuh cinta pada pandangan pertama.

Pandangan pertama yang membuat hatiku luluh.

Hatiku luluh akan kecantikan dan pesonamu.

Wajahmu yang cantik natural.

Pesonamu yang bisa membuatku kagum.

Dan suaramu yang merdu dan indah.

Juga sifatmu yang feminim.

Membuatku semakin luluh dan jatuh hati lebih dalam kepadamu.

Aku takut. Bukan karena tak berani mengungkapkan rasa yang kupendam ini.

Tapi aku takut jika sudah memilikimu, aku belum siap untuk kehilanganmu.

Aku bukan takut kehilangan dirimu, tapi aku takut kehilangan cintamu.

Jika aku sudah siap. Hubungan kita, akan ku rajut dengan tali cinta dengan kuat, dan ku bungkus dengan kain tebal. Setebal kesetiaan ku kepadamu.

Setia? Mungkin aku setia.

Arti kesetiaan buatku?

Menurutku, "kesetiaan itu ketika aku melihat seseorang yg jauh lebih baik padamu, tapi aku tetap memilih dan bersama kamu."

Apa yang bisa kulakukan?

Apa yang bisa kulakukan jika kamu dekat dengannya?

Apa yang bisa kulakukan jika kamu bisa tertawa bersama dengannya?

Apa yang bisa kulakukan jika kamu bisa tersenyum dengannya?

Apa yang bisa kulakukan jika kamu bahagia dengannya?

Apa yang bisa kulakukan?

Cemburu?

Apa hak ku untuk cemburu? Aku bukanlah siapa-siapa kamu.

Aku tau. Aku sadar. Tapi rasa cemburu ini datang begitu saja.

Aku tau. Aku sadar. Mungkin aku bukanlah yang terbaik buatmu.

Aku tau. Aku sadar. Mungkin kamu lebih bahagia ketika bersamanya.

Aku tau. Aku sadar. Mungkin kamu lebih memilihnya daripada aku.

Tapi, bisakah aku melihatmu tersenyum dan tertawa setiap hari, meskipun bersamanya?

Menunggu.

   Andai kamu tahu, apa yang aku rasakan selama ini
perasaan yang sangat mendalam. untuk siapa? iya cuma untuk kamu.
entah dari mana, hati ini menjatuhkan pilihan padamu
entah sampai kapan , hati ini akan tetap memilih mu
bukan aku , kamu , atau siapapunn
tapi hanya waktu lah yang akan menjawab semua kegelisahan ku akan perasaan ku terhadap mu.

    Harus sampai kapan, aku harus menunggu mu?
apakah kamu tahu? stiap malam, sebelum aku tidur selalu terlintas bayang mu yang kerap menghantui ku di mimpi ku dan ketika aku bangun.
Bagaimana bisa aku melupakan mu?
Bagaimana bisa aku berhenti mengharapkan mu?
Kalau tiap saat selalu saja kamu yang ada di pikiran, hati , dan jiwaku

    Kamu tahu?
Sosok seperti kamu, sudah ada tempat paling spesial dihati ku.
ahh.. kalaupun kamu tahu, aku juga tahu apa jawaban mu? reaksimu?
pasti bodo amat kan? iya.. engga apa2 :')

    Mungkin ini terlihat berlebihan, tapi ini yang aku rasakan.
Ingin sekali aku melupakan mu, semampuku... tapi apa daya?
aku tak bisa lakukan itu.
Tiap aku melupakanmu, ada seribu satu alasan aku mempertahankanmu (lagi dan lagi)
entah sampai kapan harus begini?

    Aku rela kok menunggu kamu.
rela banget:')
tapi sikap kamu ke aku sekarang beda banget yah.
engga seperti saat kita pertama kali berkomunikasi.
kamu yang super duper perhatian, ngangenin, dan banyak lagi deh yang bikin aku nyaman sama kamu.
tapi sekarang kamu berubah menjadi sosok yang super nyebelin dan buat aku sedih stiap saat, buat aku menjadi pribadi yang cengeng :""

    Harus sampai kapan begini?
sampai kapan kamu harus kasih aku harapan palsu?
ketidakpastian yang buat aku harus selalu menunggu dan menunggu
ini engga penting banget loh, tapi bodoh nya aku, aku tetap menunggu
menunggu ketidakpastian itu
 
Repost from: gebhsadega.blogspot.com

Aku, pengecut.

Aku hanya terdiam.   Bukan karena ku tak berani menyapanya, aku hanya ingin mengaguminya tanpa dia sadari.

Aku hanya ingin melihatnya.
   Bukan karena ku tak berani menyapanya, aku hanya ingin melihatnya tersenyum, lebih manis dari perempuan lainnya.

Aku hanya ingin memikirkanmu.
   Bukan karena ku tak berani menyapanya, aku hanya ingin tidur dan memimpikannya.

Aku bukan siapa-siapa kamu,
   cemburu pun aku tak berhak.

Sepuluh September Dua Ribu Tiga Belas



Mengawali hari dengan sebuah senyuman.
Membawa ransel seperti hari kemarin.
Dan memulai hari kedua dengan semangat.
Semangat? Ada apa gerangan?

   Dengan sarapan nasi goreng buatan nenek, dan secangkir teh, aku memulai hari kedua sebagai mahasiswa. Tidak lupa aku mengucap syukur untuk malam yang indah dan berharap hari ini lebih baik dari kemarin.
   "Nek, aku pergi kuliah dulu ya. Nenek jangan kerja terus, nanti sakit. Setelah pulang kampus, aku bantuin nenek beres-beres rumah.
   "Iya, pulangnya jangan kelamaan ya. Hati-hati dijalan."
Aku berjalan menuju pagar rumah dan membuka pagar perlahan-lahan. "Aku pergi ya nek", teriak aku sambil melambaikan tangan ke belakang.

   Berjalan kaki kurang lebih 2 km sambil membawa ransel yang cukup berat, lalu dilanjutkan lagi naik angkutan kota bernomorkan angka 24 didepan Alfamart dekat KUA. Duduk dibelakang sambil merangkul ranselnya. Bersiul-siul dan bergoyang-goyang karena banyak sekali polisi tidur yang dilewati untuk menuju kampus. Supir angkot yang sudah berlabel SNI, mengemudi dengan lihai nya. Belok kanan, belok kiri, menghindari mobil dan motor. Dipacunya mobil dengan cepat.
   "Ah, macet lagi. Woi, buruan woi!", teriak supir angkot karena ada kemacetan didaerah depan kampus Syahdan.
   "Sabar pak, sabar.", kata salah seorang penumpang.
Lalu aku bergegas turun dari angkot dan membayar sebesar tiga ribu rupiah. Memakai kembali ransel yang tadiku pangku ketika diangkot dan berjalan menuju kampus Anggrek.

   Memasuki gedung kampus "Anggrek" yang besar dan luas dengan tidak ada lagi kebingungan, tidak seperti kemarin. Dia langsung menuju pintu ajaib yang bisa terbuka sendiri. Iya, maksudku lift. Memasuki lift dengan tergesa-gesa karena waktu sudah menunjukkan pukul 07.30.
   "Ah, terlambat 10 menit lagi. Telat lagi, telat lagi." kataku dalam hati.
Lalu dia memencet angka 5 dipinggir pintu lift. Angka 5? Apaan itu? Itu maksudnya aku ingin keluar dilantai 5. Kemudian aku menuju ruanganku yang kemarin, 510. Ketika aku tiba didepan kelas, ternyata kelas itu terkunci dan kosong.
   "Kemana semua ini? Kok kosong? Libur?" kataku.
Oh iya, aku baru ingat, ternyata aku harus mampir terlebih dahulu untuk sebuah pengarahan diruang Auditorium lantai 4. Lalu aku bergegas lari menuju ruang itu. Ruangan itu penuh oleh para mahasiswa baru. Aku duduk dibarisan paling belakang, karena hanya barisan itu yang masih kosong.

   Setelah dari ruang auditorium, kami semua pergi menuju kelas masing-masing, kelas yang tadi aku datangi ternyata kosong. Iya, kelas 510. Sesampai dikelas, aku duduk bersebelahan dengan Erikson (lagi) dan juga tidak jauh dari Sabrinah (Gi, please napa gi, jangan bawa-bawa gue sama Sabrinah mulu. Malu gue. - Kata Erikson kepadaku).
   "Selamat pagi semua!". teriak seseorang pria berjaket sambil memegang microphone ditangannya.
Ternyata itu dosen yang membimbing kita untuk sehari ini.
   "Nama saya, Muhammad Dana. Nomor dosen saya D4833." katanya sambil menulis dipapan tulis.

   Saat dia menerangkan pengarahan tentang awal perkuliahan, mataku terarah menuju perempuan dengan rambut panjang nan halus. Namanya? aku belum tau. Lalu dosen itu menyuruh kita untuk memperkenalkan diri supaya lebih dekat. Giliran perempuan itu, dia memperkenalkan diri. Ternyata nama dia "*****". Hmm.. (cuma terpesona saja). Dosen itu terhalangi oleh kepalanya, secara tidak langsung, aku selalu melihat kepalanya, eh maksudnya rambutnya (jiaaahhh -_-).
   "Haha, foto lo lucu banget haha. Foto lu yang di Line kemarin. Hahhaha", teriak kata seorang temanku, wowo, itu nama panggilannya.
   "Ah, lu jangan gitu donk fa. (Fa? Nama aslinya itu Rafa, tapi aku juga bingung kenapa bisa dipanggil wowo). Lu bukan temen gue lagi! Awas aja lu!", teriak perempuan itu.
   "Hahahahahaha, hahahahaha!", teriak Erikson dan aku terbahak-bahak.
   "Gi, nanti kita cari Line dia yuk, gue pengen lihat fotonya", bisik Erikson padaku.
   "Yaudah, emang lu punya Line son?
   "Gak ada gi, hahahaha", teriak Erikson layaknya anak autis.

   "Kabar si Sabrinah, gimana son?", aku mengalihkan pembicaran.
   "Please gi, jangan bawa-bawa nama Sabrinah mulu, Malu gue. Gue kan udah punya cewek"
   "Yaelah, lu kan LDR son. Emang lu yakin kalo cewek lo setia sama lo?", kataku sambil tersenyum.
   "Wah elah gi, pikiran lo. Tapi, bener juga sih ya. Haha."
   "Eh, tapi gue gak mau jadi PHO. (PHO? Perusak Hubungan Orang - kata temanku yang mengaku anak gaul)."
   "Yaudah, tuh lu tau!"
Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 13.00, waktunya untuk mengakhiri hari kedua dikampus. Tidak seperti kemarin, hari ini aku keluar ruangan bersama Erikson. Lalu kita turun Lift, dan..
   "Gi, please gi. Jangan sebut-sebut gue sama Sabrinah di blog lu yah. Please gi."
   "Iya son, iya, Tenang aja", kataku. (Iya-in aja, biar cepat diam. Haha)
Sesampai dilantai 1.
   "Gue duluan ya son, pengen nongkrong sambil Wifian gratis dulu. Haha", teriakku sambil meninggalkan Erikson.
   "Yaudah, ingat yang tadi ya gi.", teriak Erikson sambil mengepalkan tangannya.

   Seperti kemarin, aku nongkrong ditempat yang sama, kerjaan yang sama, tapi dengan pesanan yang beda. Pesanan kali ini lebih murah dari kemarin. Aku cuma memesan mocca float, cuma seharga 5500, aku nongkrong, online dengan wifi gratis dan lumayan cepat selama 2 jam. Lumayan lah buat kantong mahasiswa seperti ku.
*ssluurrrpppp.. aaahhh*
*sluuurrrppppp..*
"Minuman ini harus bisa bertahan selama 2 jam kedepan", kataku pada gelas plastik yang bernama Mocca Float setelah meminumnya.

-Egi Jonathan-

0

Perpisahan #2

Ketika aku membuka hati untuk kamu yang baru, aku juga harus siap untuk kehilangan kamu suatu saat nanti. Karena perpisahan adalah akhir dari pertemuan. Kamu pergi meninggalkanku, dan lebih memilih dia. Aku sadar bahwa aku belum bisa memberimu kebahagiaan. Dia bisa membuatmu lebih bahagia daripada apa yang ku beri. Pergilah, aku rela harus berpisah denganmu. Yang penting kamu bahagia :')

0

Sembilan September Dua Ribu Tiga Belas



Mengawali hari dengan sebuah senyuman.
Berjalan lebih jauh dari biasanya.
Membawa ransel yang lebih berat dari biasanya.
Dan kebingungan menghampiri ku saat berada di depan kampus.
   Seorang mahasiswa baru yang baru mengawali awal kuliah dengan sebuah kebingungan, dan sendirian. Mengenakan baju abu-abu, celana panjang berwarna coklat, dan kacamata yang tergantung diatas hidungnya, dia memasuki gedung kampus yang sangat besar dan luas dengan sebuah kebingungan. Ternyata dia bingung karena dia belum pernah ke kampus ini sebelumnya. Lalu dia menghampiri seseorang dengan tongkat hitam ditangannya dan memakai topi security yang sedang berdiri. Kemudian dia menyapanya, "Permisi pak, toilet dimana ya?". Toilet? Ternyata dia terlalu gugup untuk bertanya. Bapak itu memberi petunjuk jalan menuju toilet. Dia berjalan cepat menuju toilet, entah gugup atau ingin mengangsingkan diri terlebih dahulu. Berkeringan dingin dan wajah bingung, lalu dia mencuci tangan dan mukanya. Keluar dari toilet, dia pergi ke sebuah pintu yang bisa terbuka sendiri dengan sebuah nomor yang bisa berubah diatasnya. Iya, itu pintu lift. Lalu ada yg menepuk dia, dan menyapa dari belakang,
   "Hei, mahasiswa baru ya?"
   "Eh, iya kak", sambil menengok ke belakang.
   "Nomor ruang kelasnya berapa? Mau kakak bantu?"
   "Ruang 510 kak, itu lantai berapa ya?"
   "Lantai 5 dek, nanti langsung belok ke kiri aja."
   "Oh, yaudah. Makasih ya kak."
Kemudian kakak itu menerima sebuah panggilan dari handphone-nya lalu meninggalkan dia, "Aku duluan ya dik."
   Dia sudah terlihat lebih lega dan tidak bingung lagi. Keluar dari pintu lift, dia langsung menuju ke kiri seperti apa yang sudah diberitahu oleh kakak tadi. , "502, 504, 506 ... Nah! Ini ruang 510!" katanya dalam hati. Kemudian dia mengetuk pintu dan memasuki ruangan dengan senyum kecil. Lalu dia absen dengan menempelkan kartu mahasiswa ke sebuah alat absensi. "Wih, ada Egi. Egi baru datang. Haha", sorak teman-temannya. Lalu dia ketawa kegirangan, karena bertemu kembali dengan teman-temannya sewaktu dia ospek kemarin. Egi? Iya, mahasiswa itu aku. Egi Jonathan lebih lengkapnya. Aku duduk disebelah teman ospek-ku. Lalu dia bertanya,
   "Dari mana lu gi? Kok baru datang?"
   "Gue baru pulang rapat. Kenapa emangnnya? Kalian semua nunggu gue?"
   "Pede banget lo gi, ogah dah! Cuih! Haha"
   Beberapa saat kemudian, ada seseorang yang mengetuk pintu dari luar dan kemudian masuk. Ternyata seorang perempuan. (Cantik? Menurutku, iya) Dia berjalan layaknya miss indonesia didepan kelas dan duduk tidak jauh dariku. Dan ternyata temanku, Erikson berbisik kepadaku,
   "Gi, tuh cewek cantik ya"
   "Biasa aja sih (sebenarnya sih lumayan cantik, hehe). Emang kenapa?"
   "Kayaknya gue tertarik nih, hehe"
   "Yaudah, nanti kenalan lah haha"
Erikson hanya tersenyum sambil melirik perempuan itu.
   Kemudian satu per satu berdiri memperkenalkan diri. Ternyata perempuan itu bernama "Sabrinah". Sabrinah, sabrinah, dan sabrinah. Mungkin itu yang ada dipikiran Erikson. "Kalau gak ada sabrinah, gue jadi gak semangat kuliah nih", teriak Erikson. Aku tertawa terbahak-bahak.
   "Erikson, lu suka ya sama dia? haha", kataku.
   "Gak mungkin lah gi, hahahaha"
   "Itu lu kenapa senyum-senyum sendiri? Suka ya? Haha"
Dan untuk keduakalinya Erikson hanya tersenyum.
   Dikelas, kita bermain layaknya Eat Bulaga. Bisa jadi, iya, tidak. Kemudian aku dan Erikson maju untuk mencobanya bermain. Aku dan Erikson jalan ke depan kelas layaknya seorang pejabat, berjalan tegak dan gagah. Kami berdua mewakilkan kelas ospek kami dulu, BBN 01. "Ayo Egi, Erikson. Ayo", teriak teman-teman. Lalu giliran kita pun tiba. Ternyata bermain layaknya Eat Bulaga itu susah-susah gampang. Aku berpikir sambil menghandap teman-teman satu kelas. Percaya diri menurun, dan kegelisahan itu pun muncul. Dan aku hanya bisa menunduk malu. Seru, menarik, dan malu. Permainan yang seru, menarik karena banyak teman-teman yang tertawa, dan malu. Malu kenapa? Karena dilihat oleh teman-teman sekelas. Dan kami berdua pun diizinkan untuk duduk kembali. Kenangan awal kuliah yang mungkin tidak bisa dilupakan.
   Kemudian waktu untuk pulang pun tiba. Jam sebelas kurang dua puluh menit, kita meninggalkan ruangan dengan kebahagiaan dan tertawa. Hari pertawa kuliah kita lewati dengan penuh kejutan dan keseruan. Dan Erikson pergi lebih dulu keluar dari kelas. Ada apa? Mungkin dia ingin menunggu Sabrinah didepan kelas untuk berkenalan. Tapi saat aku keluar, aku tidak menemukan keduanya, Erikson dan Sabrinah. Apa mungkin Erikson sudah menarik Sabrinah ke suatu tempat untuk berkenalan? Atau keduanya sudah pulang ke rumah masing-masing? Aku memerhatikan sekelilingku, dan aku pun tidak menemukan mereka.
   "Kruyukkk kruyukkk", suara perutku. Ternyata aku lapar, dan perutku sudah berteriak dengan memakai bahasa aneh, "Krunyukkk kruyukkk" yang artinya "Sisa baterai anda tinggal 14%!" Kemudian aku pergi ke suatu tempat didekat kampus. Gedung berwarna merah dan besar, dan mengeluarkan aroma ayam goreng yang semakin menarik perhatianku. Aku masuk dan menghampiri dua orang berbaju merah dan mereka menyapaku, "Selamat datang di KFC, mau pesan apa?". Ternyata tempat itu bernama KFC. Aku baru tau.
   "Aku mau pesan burger sama mocca float ya"
   "Hmmm, ada lagi mas?"
   "Jangan panggil mas, saya masih 18 tahun"
   "Eh iya, itu saja pesanannya dek?"
   "Jangan panggil dek, saya cuma punya abang satu, dan dia lagi di Jogja."
   "Makasih ya, silahkan ambil pesanan kamu disebelah. Makasih!"
Ku tertawa dalam hati. Mungkin dia kesal sama aku, haha.
Dan aku duduk dilantai atas, kemudian mengeluarkan laptop. Seperti biasa, nongkrong, buka twitter, facebook, blogger, dan youtube sambil menyantap makanan dan minuman yang tadi dia pesan.
"Pengen nge-blog ah, tapi tentang apa ya? Eh iya, mending cerita pengalaman hari pertama kuliah aja ah."
-Egi Jonathan-

Copyright © 2009 Egi Jonathan All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.