0

Sembilan September Dua Ribu Tiga Belas



Mengawali hari dengan sebuah senyuman.
Berjalan lebih jauh dari biasanya.
Membawa ransel yang lebih berat dari biasanya.
Dan kebingungan menghampiri ku saat berada di depan kampus.
   Seorang mahasiswa baru yang baru mengawali awal kuliah dengan sebuah kebingungan, dan sendirian. Mengenakan baju abu-abu, celana panjang berwarna coklat, dan kacamata yang tergantung diatas hidungnya, dia memasuki gedung kampus yang sangat besar dan luas dengan sebuah kebingungan. Ternyata dia bingung karena dia belum pernah ke kampus ini sebelumnya. Lalu dia menghampiri seseorang dengan tongkat hitam ditangannya dan memakai topi security yang sedang berdiri. Kemudian dia menyapanya, "Permisi pak, toilet dimana ya?". Toilet? Ternyata dia terlalu gugup untuk bertanya. Bapak itu memberi petunjuk jalan menuju toilet. Dia berjalan cepat menuju toilet, entah gugup atau ingin mengangsingkan diri terlebih dahulu. Berkeringan dingin dan wajah bingung, lalu dia mencuci tangan dan mukanya. Keluar dari toilet, dia pergi ke sebuah pintu yang bisa terbuka sendiri dengan sebuah nomor yang bisa berubah diatasnya. Iya, itu pintu lift. Lalu ada yg menepuk dia, dan menyapa dari belakang,
   "Hei, mahasiswa baru ya?"
   "Eh, iya kak", sambil menengok ke belakang.
   "Nomor ruang kelasnya berapa? Mau kakak bantu?"
   "Ruang 510 kak, itu lantai berapa ya?"
   "Lantai 5 dek, nanti langsung belok ke kiri aja."
   "Oh, yaudah. Makasih ya kak."
Kemudian kakak itu menerima sebuah panggilan dari handphone-nya lalu meninggalkan dia, "Aku duluan ya dik."
   Dia sudah terlihat lebih lega dan tidak bingung lagi. Keluar dari pintu lift, dia langsung menuju ke kiri seperti apa yang sudah diberitahu oleh kakak tadi. , "502, 504, 506 ... Nah! Ini ruang 510!" katanya dalam hati. Kemudian dia mengetuk pintu dan memasuki ruangan dengan senyum kecil. Lalu dia absen dengan menempelkan kartu mahasiswa ke sebuah alat absensi. "Wih, ada Egi. Egi baru datang. Haha", sorak teman-temannya. Lalu dia ketawa kegirangan, karena bertemu kembali dengan teman-temannya sewaktu dia ospek kemarin. Egi? Iya, mahasiswa itu aku. Egi Jonathan lebih lengkapnya. Aku duduk disebelah teman ospek-ku. Lalu dia bertanya,
   "Dari mana lu gi? Kok baru datang?"
   "Gue baru pulang rapat. Kenapa emangnnya? Kalian semua nunggu gue?"
   "Pede banget lo gi, ogah dah! Cuih! Haha"
   Beberapa saat kemudian, ada seseorang yang mengetuk pintu dari luar dan kemudian masuk. Ternyata seorang perempuan. (Cantik? Menurutku, iya) Dia berjalan layaknya miss indonesia didepan kelas dan duduk tidak jauh dariku. Dan ternyata temanku, Erikson berbisik kepadaku,
   "Gi, tuh cewek cantik ya"
   "Biasa aja sih (sebenarnya sih lumayan cantik, hehe). Emang kenapa?"
   "Kayaknya gue tertarik nih, hehe"
   "Yaudah, nanti kenalan lah haha"
Erikson hanya tersenyum sambil melirik perempuan itu.
   Kemudian satu per satu berdiri memperkenalkan diri. Ternyata perempuan itu bernama "Sabrinah". Sabrinah, sabrinah, dan sabrinah. Mungkin itu yang ada dipikiran Erikson. "Kalau gak ada sabrinah, gue jadi gak semangat kuliah nih", teriak Erikson. Aku tertawa terbahak-bahak.
   "Erikson, lu suka ya sama dia? haha", kataku.
   "Gak mungkin lah gi, hahahaha"
   "Itu lu kenapa senyum-senyum sendiri? Suka ya? Haha"
Dan untuk keduakalinya Erikson hanya tersenyum.
   Dikelas, kita bermain layaknya Eat Bulaga. Bisa jadi, iya, tidak. Kemudian aku dan Erikson maju untuk mencobanya bermain. Aku dan Erikson jalan ke depan kelas layaknya seorang pejabat, berjalan tegak dan gagah. Kami berdua mewakilkan kelas ospek kami dulu, BBN 01. "Ayo Egi, Erikson. Ayo", teriak teman-teman. Lalu giliran kita pun tiba. Ternyata bermain layaknya Eat Bulaga itu susah-susah gampang. Aku berpikir sambil menghandap teman-teman satu kelas. Percaya diri menurun, dan kegelisahan itu pun muncul. Dan aku hanya bisa menunduk malu. Seru, menarik, dan malu. Permainan yang seru, menarik karena banyak teman-teman yang tertawa, dan malu. Malu kenapa? Karena dilihat oleh teman-teman sekelas. Dan kami berdua pun diizinkan untuk duduk kembali. Kenangan awal kuliah yang mungkin tidak bisa dilupakan.
   Kemudian waktu untuk pulang pun tiba. Jam sebelas kurang dua puluh menit, kita meninggalkan ruangan dengan kebahagiaan dan tertawa. Hari pertawa kuliah kita lewati dengan penuh kejutan dan keseruan. Dan Erikson pergi lebih dulu keluar dari kelas. Ada apa? Mungkin dia ingin menunggu Sabrinah didepan kelas untuk berkenalan. Tapi saat aku keluar, aku tidak menemukan keduanya, Erikson dan Sabrinah. Apa mungkin Erikson sudah menarik Sabrinah ke suatu tempat untuk berkenalan? Atau keduanya sudah pulang ke rumah masing-masing? Aku memerhatikan sekelilingku, dan aku pun tidak menemukan mereka.
   "Kruyukkk kruyukkk", suara perutku. Ternyata aku lapar, dan perutku sudah berteriak dengan memakai bahasa aneh, "Krunyukkk kruyukkk" yang artinya "Sisa baterai anda tinggal 14%!" Kemudian aku pergi ke suatu tempat didekat kampus. Gedung berwarna merah dan besar, dan mengeluarkan aroma ayam goreng yang semakin menarik perhatianku. Aku masuk dan menghampiri dua orang berbaju merah dan mereka menyapaku, "Selamat datang di KFC, mau pesan apa?". Ternyata tempat itu bernama KFC. Aku baru tau.
   "Aku mau pesan burger sama mocca float ya"
   "Hmmm, ada lagi mas?"
   "Jangan panggil mas, saya masih 18 tahun"
   "Eh iya, itu saja pesanannya dek?"
   "Jangan panggil dek, saya cuma punya abang satu, dan dia lagi di Jogja."
   "Makasih ya, silahkan ambil pesanan kamu disebelah. Makasih!"
Ku tertawa dalam hati. Mungkin dia kesal sama aku, haha.
Dan aku duduk dilantai atas, kemudian mengeluarkan laptop. Seperti biasa, nongkrong, buka twitter, facebook, blogger, dan youtube sambil menyantap makanan dan minuman yang tadi dia pesan.
"Pengen nge-blog ah, tapi tentang apa ya? Eh iya, mending cerita pengalaman hari pertama kuliah aja ah."
-Egi Jonathan-

0 Comments

Posting Komentar

Copyright © 2009 Egi Jonathan All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.